Mamolio Danum Tana' atau Bersih Bumi adalah ritual yang biasa dilakukan sub suku Dayak Paser di Kecamatan Long Ikis Kalimantan Timur. Ritual tersebut secara spiritual dimaksudkan untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka dari segala perbuatan manusia, sengaja maupun tidak yang telah menyebabkan kerusakan seperti bencana alam, penyakit, akibat terganggunya keseimbangan alam nyata dan alam roh.
Dalam keyakinan Dayak Paser, konon saat langit dan tanah belum memiliki jarak, manusia dan Sangiang masih hidup bersama dalam satu alam. Namun manusia sering berbuat hal-hal buruk hingga hubungan antara manusia dan Sangiang terganggu.
Semakin hari perbuatan buruk manusia semakin menjadi-jadi, hingga para Sangiang berkeputusan meminta Sansoreang dan Sansorepang dari langit untuk melakukan ritual Baliatn selama delapan hari delapan malam ntuk mendirikan Tiang Kaba yang menyangga langit agar terpisah dari tanah (bumi). Sejak itu, manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan para Sangiang.
Namun Sangiang tidak serta merta menutup mata atas penderitaan manusia. Manusia mencari jalan untuk kembali dapat berhubungan dengan para Sangiang dan orang-orang terpilih itu adalah para Baliatn yang dalam bahasa Dayak Paser dinamakan Mulung.
Ritual Baliatn Mamolio Danum Tana' selalu dipimpin seorang Mulung (lelaki). Peran lain yang tak kalah penting adalah Penggading yang diperankan oleh seorang perempuan, yang bertugas mempersiapkan dan melayani keperluan materi ritual Mulung saat ritual Baliatn Mamolio Danum Tana' berlangsung.
Hari pertama adalah menunggu para undangan dari kampung-kampung lain yang membawa berbagai benih tumbuhan dan buah-buahan untuk diberkati dalam acara tersebut.
Pada malam hari saat upacara dimulai, para Mulung yang akan ikut dalam ritual baliatn itu, berkumpul untuk mengadakan ritual Sake Sara Senropangkon, penyerahan tugas kepada Mulung yang akan memimpin ritual Baliatn Mamolio Danum Tana'.
Selanjutnya para Mulung melakukan ritual Baper dengan materi adat seperti kembang karang, ruang walu, ruang opat dan jaja/wade yang ditempatkan dalam sebuah pahar, ritual tersebut dilakukan dengan tujuan agar Ritual Mamolio Danum Tana' yang akan dilaksanakan selama 7 malam tidak mengalami hambatan. Dua ritual diatas merupakan pra-ritual Baliatn Mamolio Danum Tana' yang harus dilaksanakan sebelum memasuki ritual utama.
Ritual Baliatn Mamolio Danum Tana' dipimpin oleh Mulung yang telah dipilih dalam ritual Sake Sara Senropangkon memulai ritual dengan mengasapi Tino (gendang) dengan dupa, selanjut diikuti dengan musik Kacang Goreng.
Selanjutnya Mulung mulai berpaut pada Ibus (rumbai janur daun aren) yang diikat pada dua palang kayu sejajar horizontal di ketinggian 1,5 meter, sebagai pusat kegiatan ritual di mana terdapat semua perlengkapkan ritual yang telah dipersiapkan oleh Penggading.
Perjalanan spiritual menuju 7 lapis langit untuk menemui 7 roh Sangiang dimulai. Perjalanan tersebut dimaksudkan untuk mengundang para Sangiang atas permohonan manusia agar sudi turun membersihkan lingkungan "tanah" dari noda jiwa manusia.
Setelah mengundang para Sangiang, lalu Mulung melakukan perjalanan ke "alam bawah" untuk menemui Tondoy (Illah alam bawah) dari delapan penjuru angin, untuk bersama-sama Sangiang melakukan penyembuhan. Setelah acara penyembuhan selesai maka dilakukan acara pemulangan para Sangiang dan Tondoy.
Ritual tersebut dilakukan berulang-ulang setiap malam hingga malam ke-tujuh, setiap hari dilakukan penambahan Sagi (berjenis tumbuhan hutan dan materi alam ) yang dilakukan oleh Penggading, hingga mewakili tumbuhan dan materi alam yang "disembuhkan/ diberkati" oleh Sangiang dan Tondoy.
Pada hari ke tujuh siang hari, para perempuan yang hadir membuat bermacam-macam jenis sesajen kue dari ketan. Sesajen berupa kue tersebut dibuat dalam warna kuning dan putih dibentuk menyerupai berbagai jenis
0 Komentar
Form Komentar Berita