Setiap sebelum memulai panen padi, masyarakat adat Dayak Kualatn di kampung Pendaun, Petebang dan sekitarnya di Desa Balai Pinang, Kecamatan Simpang Hulu (Ketapang) melakukan upacara ritual batatulak. Upacara batatulak ini bertujuan meminta penguasa untuk memulangkan hama padi dan hantu rakus ke tempat asalnya, di ronget sunsutn tujoh-awan entilap onap (tempat asal-usul penguasa hama padi). Yang tergolong hama padi dan hantu rakus itu antara lain piet-pencala (burung pipit-pancala), tikus, terontap, tupai-benibui (tupai), kora-borok (kera-beruk), jorak-pelanok (kijang-kancil), poyu-cis (rusa-babi hutan), irik-hanuyok (ulat), kapakng-karaus, bongas-loming, rangkak-raak, banyong-radong, barau-bokat.
Upacara batatulak diawali dengan acara baponakng (permisi) kepada penghuni keramat (Botuh Bosi) serta penguasa alam. Pada acara ini pemimpin acara membakar tagari (kemenyan) sambil membaca mantera pembukaan. Upacara ritual batatulak ini dilengkapi dengan 1 buah lanting (rakit yang terbuat dari kayu) yang diberi atap, berukuran 80 x 120 cm. Selain itu upacara ritual batatulak dilengkapi dengan satu buah ojokng (sampan kecil yang terbuat dari kulit mayang atau pinang), 7 ekor ayam, 4 butir telur, tuak dan arak, pelomak tanok (ketan yang dimasak dengan bambu), ajatn (beras biasa yang dimasak dalam bambu), sangkitek (tepung yang dimasak dalam bambu kecil yang dipotong-potong pendek), topokng (sejenis tumpik), tampokng tawar (tepung tawar), kasai-pupur (sejenis bedak yang terbuat dari umbi tanaman yang mirip dengan temulawak dicampur tepung beras), ketupat kecil, pabaeh (beras ketan dan beras biasa yang ditanak dalam bambu kecil), panyot (bambu yang diraut halus supaya mudah dibakar/semacam pabayo pada Dayak Kanayatn), piomutn (kayu yang mengapung dilalut, dibelah kecil-kecil, lalu diikat sebesar pergelangan tangan), padorikng (sejenis tempayan kecil untuk menyimpan barang-barang berharga seperti emas), boras puteh (beras biasa) secukupnya, boras kuning (beras kuning) secukupnya, kapur sirih, lilin serta aneka tanaman di ladang.
Seusai baponakng, seorang pemimpin upacara mengadakan beibu (mengipas-ipas ayam). Pada saat beibu ini pemimpin upacara menyampaikan maksud dan mohon restu kepada Duata (Tuhan). Kemudian ketika beibu usai, ayam pun dipotong. Darah serta tujuh lembar bulu sayapnya diambil untuk perlengkapan upacara selanjutnya.
Usai baibu, upacara dilanjutkan dengan ngangkata (menceritakan asal-usul mahluk tertentu). Ngangkata ini dilengkapi dengan sesajian yang diletakkan di atas pabantatn (tempat khusus untuk mengadakan upacara ritual di keramat). Para pemimpin upacara berdoa memohon kepada penghuni keramat. Mereka juga mengundang para penguasa alam tertentu untuk menghadiri upacara batatulak supaya duok busoh (makan sampai kenyang), nisokng-obok (minum tuak sampai mabuk), ngumpa-nyarak (makan kapur sirih sampai airnya merah), namakau-mabok (merokok sampai puas).
Usai ngangkata, acara dilanjutkan dengan ngantiro' (mengundang para penguasa alam tertentu). Pada saat ngantiro' ini, pemimpin upacara mengundang penguasa alam tertentu supaya makan dan minum sesukanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan menghanyutkan lantikng dan ojokng. Sesajian dan aneka tanaman di ladang sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam lanting dan ojokng sebagai bekal para penguasa hama padi untuk pulang ke ronget sunsutn tujoh-awan entilap onap. Bersamaan dengan itu pula, seekor anak ayam yang masih hidup pun ditambatkan di dalam lantinkng dan ojokng. Pemimpin upacara kemudian membacakan mantera agar seluruh penguasa hama padi dan hantu rakus menempati ruangan dalam lanting dan ojokng. Usai pembacaan mantra, lantikng dan ojokng pun dihanyutkan.
Upacara batatulak diakhiri dengan pengumuman pantang: tidak boleh badoruh-bagagah (berkelahi), tidak boleh basumpah basaranah (sumpah-serapah), tidak boleh makan kasap-moti (makanan yang bermiang dan gatal-gatal), tidak bolah angat-panas (berpanas-panas), tidak boleh makan robokng-pokuh (rebung dan pakis), kurat-keriat (jamur dan buah hutan sejenis melinjo), tidak boleh makan cabe (cabai), tidak boleh ngotupm podi (memanen padi) selama tiga hari.
0 Komentar
Form Komentar Berita